The Cost of Us

Bulan ini, banyak sekali yang aku tulis dna refleksi. Biasanya, terjadi ketika aku punya waktu untuk berpikir dan cukup waktu untuk rebahan sehingga bisa menulis dengan nyaman. Selain itu, memang bulan ini ada aja yang terjadi sehingga aku berpikir bahwa ini issue dan resiko yang sudah aku pilih. 


Photo by Lisa from Pexels: https://www.pexels.com/photo/pink-rose-in-vase-centerpiece-on-brown-wooden-table-1024359/

The cost of us. Itu hal yang aku pikirkan pagi ini. Setelah minggu kemarin bertemu ayank, menyelesaikan segala perhitungan uang dan check in keuangan lagi, kami menerima bahwa harga kami memang mahal. Harga bolak balik surabaya melbourne dan melepas rindu, dulu seharga bis kuning kutek barel atau gojek rawasari dan johar baru; pernah juga padang pekalongan, tapi juga pernah London Melbourne, hingga kini menjadi Surabaya Melbourne. 

Kami, si sama sama perindu, yakin bahwa bertemu setiap hari, dulu adalah sebuah kewajiban. Kini, aku merasa bahwa segimanapun jaraknya, kami akan usahakan untuk selalu checkin setiap hari. Karena suamiku adalah teman terbaikku, aku merasa hampa dan sedih sekali tidak bercerita dengan dia jika tidak bercerita dengan dia. 

Jadi, cost kami bolak balik ke melb tahun ini sudah hampir sama dengan cost kami menikah, atau resepsi lebih tepatnya. Namun kami juga sadar, ini pilihan besar. Dulu aku setuju Agung untuk berkuliah di Melb, instead of di sheffield. Dulu, aku yang memperkenalkan dia dengan Monash dan Ralph Kober. Dulu, aku yang secara sadar tidak memasukkan Unimelb menjadi salah satu pilihanku di LPDP. Jadi, kami memang secara sadar memilih untuk LDR, ditahun 2024 itu. 

Tahun 2024 akhir, aku berkompromi ke Agung bagaimana kalau aku mendapat pekerjaan yang sesuai dengan apa yang aku inginkan di tahun ini. Agung juga memberikan izinnya, waktu itu hanya sampai awal tahun agar kami bisa bersama. Tapi lagi lagi dengan pilihan kami juga, kami juga setuju untuk memperpanjang durasi LDR hingga akhir 2025. Gila kata aku. Kami LDR benar benar 2 tahun. 

Dalam proses ini, Agung banyak sekali mengalah terdapat pilihan pilihanku. Dia memilih untuk bolak balik Melb-Surabaya, bekerja lebih keras untuk mencari uang tambahan, hingga hari ini tepatnya, aku benar benar tidak tega dia bekerja sekeras itu dan hidup dengan kurang nyaman karena memilih pilihan ini. Aku tahu bahwa Agung mungkin tidak akan membaca ini, jadi izinkanlah aku menulis disini bahwa, he really sacrifice everything he has to be with me. 

Hari ini kita berkonflik, perihal penggunaan bagasi dan lagi lagi harga bertemu kita yang sangat mahal. Tapi, aku menentangnya terlalu keras hingga membuatku sedih seperti menghancurkan hatinya. Aku tertegun dan sadar bahwa alam bawah sadarku memiliki trauma kebahagiaan dan merasa cukup yang melukai orang lain. Aku sadar bahwa, dia sudah merelakan segalanya tapi tetap aku pertanyakan dengan cukup keras. Ego ku benar benar jahat memilikirkan hal negatif tentang suamiku. 

Jadi hari ini, aku ingin merefleksi bahwa, kita adalah kesatuan yang utuh, dengan perjuangan kita sekolah, dengan harga yang kita bentuk sendiri, dengan LDR yang kita pilih, dengan waktu bertemu yang kita butuhkan dan soal tabungan, biarlah mungkin kita menjadi berbeda dengan orang. Tapi proses kita memang berbeda. Cerita kita, biarkan menjadi unik milik kita tanpa perlu kita bandingkan. 


Komentar