Compromise Version 2



Belakangan ini, banyak sekali yang terjadi, termasuk diskusi aku dan suami tentang bagaimana kita bisa berlaku kepada orang lain. Dari perspektif dia yang tidak pernah mendebatkan keinginan orang dan lebih legowo tentang orang lain aku belajar bahwa, ternyata nggak perlu semua orang tahu bahwa kita adalah yang paling benar. 

Dari sudut pandang ini, aku sadar bahwa dalam melihat suatu konteks permasalahan, tidak perlu perspektif aku yang paling utama. Melihat sisi lain masalah walaupun aku tidak tahu apa, juga perlu, sebagai kompromi nilai nilai pada penyelesaian. Disisi ini aku juga sadar bahwa aku tidak perlu memaksakan semua akan paham dengan situasi yang aku jalani. 

Hal lucu yang aku baru sadari adalah you can't be friends with everyone and that's normal. However, to help people who needed the most might be relevant. Since I grew professionally much but not yet personally, this week discussion lead me to be more wise in judging people and how they overcome the battle in them. Dan jika mereka tidak cocok dengan kamu, selama professionally works, itu tidak akan jadi masalah. Asalkan mereka tidak merusak nilai nilai professional pekerjaan, biarkan saja mereka membawa value mereka sendiri dan tidak perlu dipaksanakan. 

Saat ini aku sadar bahwa, diriku secara utuh masuk kedalam nilai nilai personalku, yang tidak perlu juga aku tunjukkan kepada dunia. Saat ini, aku tahu bahwa nilai nilai ku berbeda dengan orang lain dan tidak perlu aku tanggapi juga. Saat ini aku merasa bahwa merasa bodo amat dan tidak memaksakan nilai terhadap orang lain itu juga diperlukan. Bukan karena tidak peduli, tapi karena nilai yang mereka anut bukan untuk berkompromi. 

Kemarin, rasanya damai ketika memang aku menjunjung nilai professional dibandingkan personal. Menahan diri untuk tidak terlalu terlibat didunia kerja secara personal memang sulit. Tapi hal itu lebih membuat damai karena terlalu dekat secara personal tidak ada gunanya dengan beberapa orang tersebut. Ketika kedekatan dirasa sudah cukup, tidak perlu menunjukkan kebutuhan besar untuk lebih mendekatkan. Berat memang tidak punya teman dilingkungan kerja, tapi akan lebih berat berkonflik dengan rekan kerja secara personal.

All in all, dunia kerja hanyalah sementara. Ketulusan orang juga berbeda beda. Hal hal yang dulu aku yakini benar yaitu untuk dekat secara personal adalah berlebihan. Saat ini kedekatan professional sudah cukup untuk kita hidup dengan tenang. Saat ini biarlah hidup membawaku untuk petualangan yang tidak perlu pendekatan personal. Dunia kita jalani dengan professional. 

Komentar