Photo by Lalezarfa: https://www.pexels.com/photo/flowers-beside-a-bag-8342074/
Terkadang aku mengartikan semuanya dengan pencapaian. Di keluargaku, ada ambisi bahwa adek adeku bisa masuk sekolah bagus, dapet medali olimpiade dan dibanggakan sekolahnya. Ternyata, ambisi ini hanya sampai diriku saja, tapi semua aspek dalam hidupku harus achieve dan aku sesekali memaksakan diri untuk itu. Padahal, memaksakan sesuatu hasil itu tidaklah bisa, apalagi prosesnya sudah tidak diikuti dari lama.
Tanggung jawab ini muncul ketika aku merasa adeku harus masuk UI. Mencoba sebagaimanapun semua test UI harus diikuti, ambisi ini tentunya diikuti oleh ortu dan adeku. Padahal, aku tak tahu, ini adalah ketulusan dari dalam hatiku atau hanya ambisi belaka agar aku bangga, agar hidupku dianggap sempurna.
Muncul lah lagi ketika aku merasa harus menjadi kakak yang baik untuk adik keduaku. Pada saat itu, aku merasa dia sungguh pintar hingga harus menjuarai OSN. Bahwa dia, tidak boleh sekolah ditempat biasa. Bahwa dia, harus menjadi juara. Nyatanya, pada saat kuberikan kesempatan, aku sendiri tidak tahu bagaimana prosesnya. Aku hanya menyuruh dan berharap semua menjadi nyata. Ketika hal hal yang aku usahakan dalam bentuk materi tidak cukup, aku merasa kesal, apalagi yang harus ku berikan?
Ternyata, tidak semua usaha itu tentang materi dan uang. Bukan cuma aku membiayai test masuk perguruan tinggi adeku, atau aku yang membelikan buku. Kalau aku mau, aku harus melatih dan mengendalikan prosesnya dari awal : mengajari adiku bagaimana bisa lolos. Karena aku sendiri bukanlah juara olimpiade, dan masuk perguruan tinggi melalui undangan yang mudah.
Aku selelu berpikir, rumus yang stagnant dan tidak bisa diubah. Terkadang dengan melihat sosial media, aku merasa bahwa yang aku lakukan sudah benar, tanpa sadar bahwa tidak semua yang ada disosial media harus diikuti. Aku punya rumusku sendiri, sayangnya ini belum kudefinisikan bagaimana baiknya. Mungkin akan segera kubuat disini.
Sekarang lihatlah, tidak hanya tentang uang yang kamu simpan, nantinya buat apa jika tidak membawa manfaat dan keberkahan? kamu akan selalu merasa kurang. Pelan pelanlah belajar bahwa usaha ini tidak soal meteri dan uang yang kamu berikan. Pelan pelan belajarlah soal rasa syukur dari situ, Saff.
Belajar soal ikhlas dan tulus memang tidak mudah. Melepaskan keinginan karena yakin bahwa Allah yang Maha Tahu dan Maha Baik atas jalan hidupku. Bahwa saat ini, tidak apa apa memberikan keluargaku cukup uang terlebih dahulu, nanti sedikit bisa kuberikan hal lain. Mulailah mengikhlaskan yang paling mudah saat ini, mulailah di Bulan Desember nanti.
Komentar
Posting Komentar