Suatu Cerita Tentang Organisasi

Diawal tahun, ada suatu flashback rutin yang aku lakukan. Sebenarnya terjadi tidak sengaja karena melihat postingan ig osis smansa. Di awal tahun ini osis selalu mengadakan Kartini Fair of Universities, bazar kampus yang mendatangkan alumni dan mengundang perguruan tinggi. 

Aku, di tahun 2015 menjadi ketua acara itu. KFU, menjadi acara besar pertama yang aku ketuai. Disana aku benar benar belajar dari kesalahan kesalahanku yang belum cakap untuk memimpin. Dulu, teman teman mendukungku sekaligus memberi kritik membangun agar acara tersebut bisa berjalan dengan baik. 

Dukungan dan kritik, merupakan dua hal berbeda yang jarang aku temui di masa kuliah dan berasal dari orang yang sama. Mereka yang memberikan ku dukungan jarang mengkritik, begitu sebaliknya. Kadang kadang di perkuliahan, menjadi pemimpin itu adalah menjadi sendirian dipaksa untuk tidak memiliki perasaan. 

Di KFU, aku belajar tentang bagaimana mempercayai orang, tim dan pemimpin. Kepercayaan ini sulit sekali aku tumbuhkan saat itu. Namun demikian, di akhir acara aku sadar bahwa seharusnya aku bisa lebih banyak percaya dan mendelegasikan. Tim ku dulu merupakan orang yang suportif. 

Kritik juga selalu aku dapatkan. Di KFU, diskusi rutin yang aku lakukan dengan badan pengurus harian selalu menghasilkan kritik membangun baik untuku sebagai pemimpin atau acara KFU itu sendiri. Kritik yang mereka berikan benar benar tidak tersaring tapi aku justru suka dengan atmosfer diskusi penuh kritik itu. 

Beberapa kali, di perkuliahan, aku sempat merasa trauma menjadi pemimpin. Seringkali aku menemukan tim yang tidak ideal untukku mengembangkan kekurangan ku dalam memimpin. Akhirnya kebiasaan untuk tidak mempercayai orang itu kembali tumbuh. Aku lelah dan tidak lagi ingin menjadi pemimpin. 


Terkadang, tim di dalam perkuliahan hanya memberikan kritik tanpa solusi. Beberapa hanya memberikan bayangan tanpa ide realistis untuk mencapainya. Entahlah, entah hanya perasaanku saja, atau aku yang kurang cakap saat itu.

Kadang, aku rindu menjadi osis SMA. Terkadang aku rindu dengan rasa puas ketika menyelesaikan suatu event. Tapi lagi lagi, rindu itu tidak pernah aku dapatkan hingga semester akhir perkuliahanku

Namanya Epidemic, suatu kepanitiaan mahasiswa epidemiologi yang hanya 30 orang tiap angkatanya. Panitianya terbentuk dari teman sekelas dan membawa isu tentang ilmu yang kita pelajari sendiri. Berangkat dari rasa antusias, visi dan misi yang sama, epidemic menjadi kepanitiaan dengan roda yang saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Hari itu, April 2019, aku merasakan kembali kepuasan yang sudah lama aku rindukan. Kepuasan memiliki teman teman yang baik dan mendukung dan aku yang bisa menjadi pemimpin sesuai dengan sosok pemimpin idealku 

Rasanya senang sekali ternyata mengaktualisasikan diri. Senang sekali menjadi sosok ideal yang pernah aku rancang sebelumnya di masa remaja. Perasaan itu membawaku percaya diri untuk mengambil peran peran dan impian impian selanjutnya. 

Saat ini, ketika lulus kuliah, terkadang aku merasa krisis identitas tentang siapa sosok ideal yang ingin aku capai. Apalagi sekarang, aku berasa di lingkungan tanpa organisasi, tanpa roda dan tanpa team. Kerjaku merupakan individual yang hanya bekerja menunggu perintah. 

Tapi, aku yakin bekerja tanpa organisasi ini bukanlah hal yang buruk. Justru, aku sedang belajar mengorganisasikan dalam diri sendiri. Soal membentuk kebiasaan, soal bagaimana mencari mimpi dan identitas selanjutnya. Aku berharap akan berkembang lagi..


Komentar