Menjadi Dewasa
Masalah masalah besar mengecil, begitu pula pertemanan.
Kebutuhan kebutuhan hidup membesar, begitu juga ketakutan.
Mimpi mimpi semakin tinggi, begitu juga ekspektasi.
Menjadi dewasa itu aneh. Kadang kadang pikiran kita berubah
dari semenjak kita remaja. Udah nggak lebay. Udah bisa mikir logis. Gitu istilahnya.
Kadang kadang emosi masih melunjak tapi lebih mudah ditahan. Masalah datang dan
pergi. Tapi tidak terasa kok ternyata kita dulu bisa ya melewatinya.
Benar kata orang, jadi dewasa itu banyak kehilanganya.
Ikhlas menjadi satu satunya jalan agar kita tidak kecewa. Ikhlas menjadi hal
tersulit setelah ekspektasi dan harapan gagal. Ikhlas menjadi satu satunya
penolong, ketika sesuatu yang ingin dipeluk erat ternyata memilih lepas.
Layaknya oksigen, bahkan pertemanan bisa lebih longgar
ikatanya. Namun ingat, semakin bernilai harganya. Ah begitulah. Katanya, yang terbaik yang akan tinggal.
Menjadi dewasa itu seru. Kadang kita bertemu orang orang
baru. Mereka mengajarkan sesuatu. Layaknya takdir, pertemuan ini telah dirancang dengan baik. Menariknya, pertemuan pertemuan dengan
orang lebih membekas. Entah kamu akan belajar dari bekasnya, atau justru sedih
terhadapnya.
Benar kata orang. Gengsi mu akan tinggi. Melihat
sekelilingmu laksana istana megah berdinding mentari. Elok dan bercahaya. Kamu
pun mau satu yang seperti itu. Walaupun keuanganmu terkuras sedemikian waktu.
Ketakutan juga terus membayangimu. Kecemasan akan masa depan
yang tidak menentu. Ah sudahlah tidak berguna takut pada hal yang bahkan belum
datang.
Mimpi laksana penunjuk jalan yang tidak simetri. Kadang ke
kanan. Kadang ke kiri. Atau bahkan menurun tajam dan terbang tinggi. Tapi mimpi tak
boleh hilang. Tanpanya hidupmu sepi.
Dan begitulah menjadi dewasa. Aneh dan seru. Menggebu dan
terkapar. Menangis dan tertawa.
Dari aku, yang berpikir sedang berproses menuju dewasa
Dari aku, yang berpikir sedang berproses menuju dewasa
Komentar
Posting Komentar