Cerita Tentang Sidang Skripsi

"Skripsi tidak pernah mudah untuk siapapun"




Skripsi, sebuah tugas akhir sebagian besar mahasiswa strata 1. Sebuah akhir dari proses belajar formal di perkuliahan yang banyak di sebut sebagai Universitas, Institut atau Sekolah tinggi. Mengerjakan skripsi juga seperti mencari arti gairah dalam jurusan, mencari makna ikhlas, menemukan banyak pelajaran baru dan bertemu dengan kesempatan tidak terduga. 

Bagi saya, skripsi juga bukan sekedar makalah. 

Saya mulai mengerjakan skripsi dari tahun 2019, di akhir masa magang di dinas kesehatan. Saya menemukan banyak topik penelitian. Namun sayang, topik penelitian tersebut tidak mungkin untuk diselesaikan sebagai skripsi. Banyak proses yang mengantarkan saya untuk akhirnya memutuskan meneliti mengenai sindrom metabolik, istilah yang banyak orang tidak tahu, tapi membawa risiko ke sebagian besar penyakit kronis.

Menemukan topik dan menyelaraskan dengan idealisme memang tidak mudah. Awalnya saya banyak mau, ingin ini ingin itu seperti kata Nobita, banyak sekali. Namun, saya sadar bahwa selain membawa manfaat bagi banyak masyarakat, skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Baik, saya nurut ke sebagian besar keinginan pembimbing akademik dan skripsi kakak tingkat yang telah selesai. 

Karena penelitian epidemiologi terutama skripsi, berkaitan dengan data sekunder dan survei, saya pun mencari sumber data yang tepat. Saya memutuskan mengambil data riskesdas dan memperlajari kuisionernya. Saya melakukan bimbingan dan berdiskusi mencari variabel terbaik yang bisa disesuaikan. 

Singkat cerita, selanjutnya saya harus melakukan sempro atau seminar proposal. Sempro membawa banyak emosi bagi saya. Saya memang tidak suka membuang buang waktu dan tidak bersabar. Waktu itu hanya saya yang siap untu sempro, sedangkan dosen penguji menginginkan 2 mahasiswa sekaligus.  'Biar sekalian' katanya. 

Baik, saya harus menunggu. Saya sedikit memaksa teman saya untuk buru buru sempro (Terima kasih Utri waktu itu telah mau menjadi teman sempro saya hehe). Saya akhirnya bisa mencapai target sempro di bulan Februari. 

Masuk bulan maret, saya melengkapi proposal penelitian saya untuk diajukan ke Balitbangkes, Kemenkes RI. Sekitar awal Maret, saya pun berhasil mengajukan permohonan data. Dengan sikap optimis dan semangat 45, saya yakin saya akan berhasil mendapatkan data di awal April, melakukan analisis data dan melaksanakan sidang di bulan Mei. 

Virus Corona menyerang, saya pulang. Saya memasuki periode tidak melakukan apa apa. Beberapa kali penelaah Balitbangkes menghubungi saya untuk memberikan revisi proposal. Baik, saya pun menyelesaikan dengan secepat yang saya bisa untuk mengejar target. Bulan Maret pun berakhir dengan cepat. 

1 April 2020. Saya iseng membuka email dan eng ing eng..

"Berikut kami sampaikan hasil telaah dari Tim Penelaah:

Permohonan data tidak dapat difasilitiasi karena sampel data Biomedis untuk tingkat Nasional."

Perasaan saya tentu saja campur aduk sekaligus sedih. Saya tidak menyangka saya ceroboh sekali karena memilih lokasi DKI Jakarta daripada Nasional sehingga permohonan data biomedis tidak dapat difasilitasi. Kesedihan saya bertambah karena ketika saya mencoba mengajukan dengan judul yang sama namun wilayah nasional, skripsi saya dianggap berindikasi salami dan plagiat karena mirip dengan judul skripsi teman sendiri (padahal kata dosen pembimbing saya, skripsi kami jelas berbeda). Baiklah tidak apa apa. Di hari yang sama, saya memutuskan untuk memulai lagi dari awal, ditengah pandemi dan keterbatasan fasilitas surat menyurat

Namun, ketika perasaan saya sedang sedih, teman teman saya selalu menyemangati. 

"Apa sih saff yang lo gabisa"

"Gapapa saff, gue yakin lu seneng buat mempelajari topik baru lagi."

 "Yuk gue bantuin, lu mau tau masalah di bidang KIA?"

dan banyak kata kata semangat dan bantuan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 

Saya pun ingat kutipan ayat Alquran

"Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu terdapat kemudahan." Al Insyirah 5-6. 

Saya pun menjadi semakin yakin bahwa dengan perubahan topik ini bukanlah kesulitan, tapi kemudahan yang Allah akan berikan.

Baik, besoknya saya bergegas membuat perencanaan skripsi baru, mencari topik baru, menghitung sampel kembali, mencari sumber data lain sebagainya. Sama persis seperti pengerjaan skripsi yang pertama. Namun, Alhamdulillah saya merasa pengerjaan kedua ini lebih mudah. Atau perasaan saya saja?

1 April 2020-30 Juni 2020
3 Bulan itu saya mengejar pengerjaan skripsi. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Banyak sekali hal baru yang saya temukan. Banyak sekali cara cara baru membaca jurnal yang saya dapatkan. 

1 Juli 2020 kemarin, saya resmi melakukan sidang skripsi, dan dinyatakan lulus. 

Alhamdulillah. Setelah saya pikir kembali, setengah 2020 ini exhilarating yet surprising. Banyak juga kejadian selain skripsi yang membuat saya belajar. Namun demikian, pengerjaan skripsi ini memang tidak ada duanya bagi saya. Saya puas dengan hasil saya. Apapun yang orang katakan dengan skripsi saya yang mungkin bukan apa apa dan sedikit sekali kontribusinya, tidak apa apa. Saya puas dan saya cukup dengan itu. 

Begitulah cerita singkat dengan skripsi. Saya rasa saya justru ketagihan membuat penelitian. Tidak apa apa jika saya harus gagal asalkan saya puas dengan proses yang saya jalani. Mungkin ada pembaca yang ingin mengajak saya melakukan penelitian? mari konta email saya (saffanahilmym@gmail.com). Hahaha (tertawa karena pasti orang orang menganggap saya aneh karena suka skripsian)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan) Yakni bersama kesulitan yang disebutkan tadi terdapat kemudahan, yang keduanya adalah dari Allah

Referensi: https://tafsirweb.com/12838-quran-surat-al-insyirah-ayat-6.html
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً

Referensi: https://tafsirweb.com/12838-quran-surat-al-insyirah-ayat-6.html

Referensi: https://tafsirweb.com/12838-quran-surat-al-insyirah-ayat-6.html

Komentar